Kamis, 28 Mei 2009

Menit-Menit Sangat Berharga Dalam Hidup


Tempat mengadu, meminta, dan kembali segala urusan bagi orang beriman hanyalah Allah, Rasulullah memberitahukan menit-menit yang sangat berharga untuk menghadap dan memohon kepada Allah

 
 
1. Waktu sepertiga malam terakhir saat orang lain terlelap dalam tidurnya, Allah SWT berfirman:

"....Mereka para muttaqin sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir malam, mereka memohon ampun kepada Allah." (QS Adz Dzariyat: 18-19). 

Rasulullah SAW bersabda: "Rabb (Tuhan) kita turun disetiap malam ke langit yang terendah, yaitu saat sepertiga malam terakhir, maka Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepadaKu maka Aku kabulkan, siapa yang meminta kepadaKu maka Aku berikan kepadanya, dan siapa yang meminta ampun kepadaKu maka Aku ampunkan untuknya." (HR Al Bukhari)

Dari Amr bin Ibnu Abasah mendengar Nabi SAW bersabda: "tempat yang paling mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya adala saat ia dalam sujudnya dan jika ia bangun melaksanakan sholat pada sepertiga malam yang akhir. Karena itu, jika kamu mampu menjadi orang yang berzikir kepada Allah pada saat itu maka jadilah." (HR At Tirmidzi dan Ahmad)


2. Waktu antara adzan dan iqamah, saat menunggu shalat berjamaah

Rasulullah SAW bersabda: "Doa itu tidak ditolak antara adzan dan iqamah, maka berdoalah!" (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)

Hadits Abdullah bin Amr Ibnul Ash ra, bahwa ada seorang laki-laki berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya para muadzin itu telah mengungguli kita," maka Rasulullah SAW bersabda: "Ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh para muadzan itu dan jika kamu selesai (menjawab), maka memohonlah, kamu pasti diberi". (HR Abu Dawud dan Ibnu Hibban)


3. Pada waktu sujud, yaitu sujud dalam shlat atau sujud-sujud lain ang diajarkan Islam. (seperti sujud syukur, sujud tilawah dan sujud sahwi)

"Kedudukan hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa." (HR Muslim)

Dan dalam hadits Ibnu Abbas ra, ia berkata: "Rasulullah SAW membuka tabir (ketika beliau sakit), sementara orang-orang sedang berbaris (sholat ) dibelakang Abu Bakar ra, maka Rasulullah SAW bersabda; ""Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak tersisa dari mubasysyirat nubuwwah (kabar gembira lewat kenabian) kecuali mimpi baik yang dilihat oleh seorang muslim atau diperlihatkan untuknya. Ingatlah bahwasanya aku dilarang untuk membaca Al Qur'an ketika ruku' atau ketika sujud. Adapun didalam ruku', maka agungkanlah Allah dan adapun di salam sujud, maka bersungguh-sunguhla h berdoa, sebab (hal itu) pantas dimaqbulkan bagi kamu semua." (HR Muslim)


4. Setelah sholat fardhu. Yaitu setelah melaksanakan sholat-sholat wajib yang lima waktu, termasuk sehabis sholat Jumat

Allah berfirman: "dan bertasbihlah kamu kepadaNya di malam hari dan selesai sholat" (QS Qaaf: 40)
"Rasulullah SAW ditanya tentang kapan doa yang paling didengar (oleh Allah), maka beliau bersabda: "Tengah malam terakhir dan setelah sholat-sholat yang diwajibkan." (HR At Tirmidzi)


5. Waktu-waktu khusus, tetapi tidak diketahui dengan pasti batasan-batasannya

"Sesungguhnya di malam hari ada satu saat (yang mustajab), tidak ada seorang muslim pun yang bertepatan pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan urusan dunia dan akhirat melainkan Allah pasti memberi kepadanya." (HR Muslim)

Dalam kitab Al JAwabul Kafi dijelaskan: "...JIka doa itu disertai dengan hadirnya kalbu dan dalam penuh khusyu' terhadap apa yang diminta dan bertepatan dengan salah satu dari waktu-waku yang ijabah yang enam itu yaitu: (1). sepertiga akhir dari wakt malam, (2). ketika adzan, (3). waktu antara adzan dan iqamah, (4). setelah sholat-sholat fardhu, (5) ketika imam naik ke atas mimbar pada hari Jumat sampai selesainya sholat Jumat pada hari itu, (6). waktu terakhir setelah Ashar". (20 November 2008)


Sumber :

Arsip Millist DT

http://www.dtjakarta.or.id/content/view/34/33/

28 Mei 2009

Sumber Gambar :

http://darulislam.info/modules/gallery/albums/Domain-of-Islam-Wallpaper/Madyan.jpg

Menghidupkan Malam


Sesungguhnya ibadah di waktu malam akan sangat membekas dan akan lebih teguh ucapannya Surat Al Muzzammil ayat 6. 


Ikhwan & Akhwat, bagi sebagian besar orang malam merupakan waktu untuk tidur dan beristirahat. Mereka telah menarik diri dari pergaulan sosial dan pekerjaannya, lantas masuk ke dalam lapis kehidupan pribadinya yang sedikit banyak bersifat rahasia bagi orang lain. Jika seseorang tidak beristirahat di waktu malam, menandakan demikian pentingnya sesuatu itu atau besarnya tekad yang dipunyai Artinya apapun yang dilakukan seseorang di malam hari akan menegaskan urgensinya ataupun menegaskan warna dasar kepribadian orang tersebut, baik warna yang jahat maupun warna baiknya. Sebaliknya seseorang tanpa aktivitas signifikan di malam hari akan hanya biasa-biasa saja alias kehidupannya nyaris tanpa renungan mendalam tanpa sikap yang prinsipil tanpa tekad kuat dan tanpa penegasan warna kepribadiannya. 

Ikhwan & Akhwat, Al-Qurâan surat Al Muzzammil ayat 6 secara tegas menerangkan kelebihan waktu malam dibandingkan waktu yang lain. Secara kuantitatif, Al-Qurâan memberikan perhatian lebih dengan pemakaian kata al-lail atau malam hari beserta kata turunannya sebanyak 92 kali. Bisa dibandingkan pemakaian kata an-nahar atau siang sebanyak 57 kali pemakaian, kata as-subh berarti subuh sebanyak 45 kali, kata al-fajr yang berarti 24 kali, kata ad-dhuha berarti matahari sepenggal naik hanya sebanyak 7 kali dan kata al-˜ash atau asar hanya lima kali disebut dalam keseluruhan ayat Al-Qurâan. Konteksnya tentu saja berbeda-beda, namun bisa dipahami jika faktor kuantitas ini pun sejajar dan menyiratkan kualitasnya.

Malam memang lebih bersuasana perenungan, pendalaman dan spiritual. Wajar jika aktivitas seseorang di malam hari akan lebih berkesan tahan lama, berjiwa dan lebih signifikan dalam memberikan warna kepribadian dan jalan hidup seseorang. Lebih-lebih jika aktivitas peribadatan seperti shalat. Janji Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang menghidupkan malamnya dengan shalat tahajud dan amalan nafilah atau sunat lainnya adalah tempat terpuji. Demikian firman-Nya dalam Al-Qurâan surat Al Isra 79. Ikhwan & Akhwat, Imam Ghazali membagi waktu malam menjadi sepertiga untuk tidur, sepertiga untuk shalat dan sepertiga berikutnya untuk amalan wirid sesuai jalan hidup pilihan seseorang. Untuk mereka yang melewati jalan ilmu sepertiga malam sebagai amalan wirid ini diisi dengan kegiatan membaca dan menulis buku. Bagi alim ulama atau pun menyalin dan memahami ilmu yang ditekuni bagi para pelajarnya. Pasti akan berbeda kegiatan orang yang melewati jalur lain, seperti jalan-politik, jalan-dagang, jalan-budaya, jalan-jasa dan sebagainya. Ikhwan & Akhwat, sudahkah kita mengisi waktu malam-malam kita dengan beribadah ??? (red/Amr) (14 November 2006)

Sumber :

http://www.darunnajah.com/index.php?Itemid=5&id=47&option=com_content&task=view

28 Mei 2009

Sumber Gambar:

http://yehaikarachi.com/islamic/images/islamic_wallpapers/islamic_wallpaper7.gif


Dahsyatnya Waktu Sepertiga Malam Terakhir


QIYAMULLAIL, bangun malam untuk tahajjud, adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum umat Muhammad SAW. Bagi Rasul dan para sahabat kurun awal, qiyamullai merupakan amal wajib yang mesti ditunaikan. Di saat fajar dakwah Islam mulai menyingsing, qiyamullail adalah penyejuk dan penyegar jiwa. Orang Islam yang pada masa itu terus menerus dihempas oleh gelombang penderitaan dan penindasan. Kala itu qiyamullail menjadi wahana tempat mukmin berlabuh yang wajib mereka arungi, untuk menambatkan segenap kepedihan yang menghimpit jiwa mereka.

Demi kewajiban inilah Rasul SAW dan pengikutnya menghabiskan malam-malam mereka dengan qiyamullail, hingga kaki mereka membengkak dan kulit-kulit mereka pun menguning. Hanya keringanan dari Allah saja qiyamullail menjadi sunnah bagi para sahabat, namun tidak bagi Nabi Muhammad SAW. Mengapa demikian?. Karena memang qiyamullail memiliki kekuatan yang sungguh mengagumkan dalam mengarungi atmosfer kehidupan ini.

Allah SWT pernah bertanya kepada nabi Ibrahim AS: Tahukan kamu mengapa Aku mengangkatmu menjadi khalilullah (kekasih-Ku) Tentu nenek moyang para Nabi itu menjawab: Tidak tahu ya Allah. Allah SWT. berfirman: Karena engkau senang salat malam pada waktu orang lain sedang tidur nyenyak dan senang memberi makan orang.

Rasulullah SAW. bersabda: Hendaklah kalian menunaikan qiyamullail, karena qiyamullail adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian yang bisa mendekatkan kalian pada Rabb kalian, pelebur kesalahan, penghalang dari dosa, dan pengikis penyakit dari tubuh (HR.Ahmad dan Turmuzi).

Melalui ayat Allah dalam surah Al Muzammil, misalnya Allah SWT. menginginkan adanya satu manhaj pada Nabi-Nya. Maka diserunya sang Nabi agar melakukan qiyamullal dan menghabiskan waktunya dengan memperbanyak salat, munajat, zikir dan tilawah Al Quran. Malam adalah waktu yang paling cocok untuk membersihkan jiwa dan memperhalus kalbu, karena itu ibadah di dalamnya lebih bermakna dan lebih berkesan ketimbang saat yang lain.

Berbagai komentar telah disampaikan bagi penikmat tahajjud, yang bagi orang awam, terkadang mungkin terdengar aneh. Simak misalnya kesan seorang ulama: Di dunia ini tiada waktu yang menyerupai kenikmatan para penghuni sorga kecuali kenikmatan yang di dapat oleh orang-orang yang hatinya terbujuk oleh malam karena nikmat dan manisnya bermunajat. Fudhail bin Iyadh berucap: Bila matahari terbenam, aku senang dengan kegelapan, karena aku dapat berkhalwat (bersunyi diri) dengan Rabbku. Namun bila matahari merekah, aku begitu sedih, karena banyak orang-orang masuk menemuiku. Sedangkan Abu Sulaiman bertutur: Ahlal lail (orang yang selalu berjaga pada malam hari dengan qiyamullail) lebih nikmat di saat malam mereka ketimbang dengan orang yang menganggur dan pesta pora dalam permainan mereka. Bila bukan karena malam, aku tidak suka untuk tinggal di dunia.

Ada kisah menarik berkaitan dengan qiyamullail ini. Adalah Sultan Muhammad Al Fateh, seorang pemimpin yang disebut oleh Rasulullah SAW. sebagai sebaik-baik pemimpin yang akan memimpin Konstatinopel. Sejak kecil Sultan Muhammad Al Fateh dididik oleh seorang wali sehingga beliau tumbuh sebagai seorang yang mempunyai kepribadian yang unggul. Beliau menjadi sultan menggantikan ayahnya pada usia 19 tahun. Sifatnya tenang, berani, sabar menanggung penderitaan, tegas dalam membuat keputusan dan mempunyai kemampuan mengawal diri (self control) yang luar biasa.Kemampuannya dalam memimpin dan megatur pemerintahan sangat menonjol. Jiwanya sangat tegas bila berhadapan dengan musuh dan lembut bila berhadapan dengan rakyatnya. Kebiasaan Sultan Muhammad Al Fateh di malam hari adalah berkeliling memeriksa keadaan tim dan rakyatnya untuk memastikan mereka bangun dan beribadah malam.

Sejarah mencatat bagaimana Sultan Muhammad Al Fateh yang ketika itu berusia 21 tahun telah berhasil masuk ke Konstatinopel dan menawannya dengan taqwa. Ketika tiba waktu menjelang salat Jumat pertama di Konstatinopel, timbul pertanyaan: Siapa yang layak menjadi imam. Lalu Sultan meminta seluruh rakyatnya bangun berdiri dan berkata: Siapa diantara kalian yang sejak balighnya sampai saat ini pernah meninggalkan salat fardhu, silahkan duduku! Tidak ada seorang pun yang duduk. Ini berarti tidak ada seorang pun diantara mereka yang sejak balighnya sampai saat itu pernah meninggalkan salat fardhu. Al Fateh berkata lagi: Siapa diantara kalian yang sejak balighnya sampai saat ini pernah meninggalkan salat sunat Rawatib silahkan duduk! Lalu sebagian masih tetap berdiri dan sebagian duduk. Sultan berkata lagi: Siapa diantara kalian yang sejak balighnya sampai saat ini pernah meninggalkan salat tahajjud silahkan duduku! Pada saat itu seluruh rakyatnya duduk, kecuali Sultan Muhammad Al Fateh sendiri (Buku Pengembaraan Sang Duta Halilintar Jundullah oleh Taufiq Mustafa SE MBA)

Satu keajaiban telah terjadi. Ketika kapal-kapal pasukan Sultan Muhammad Al Fateh akan memasuki Konstatinopel, pintu air masuk ke pelabuhan di tutup oleh pihak musuh. Namun dengan kekuasaan Allah SWT.kapal-kapal mereka bisa berlayar di atas daratan. Masya Allah.

Apa gerangan kekuatan dahsyatnya qiyamullal itu? Selain janji firman Tuhan dalam Al Isra 79, juga karena pada waktu sepertiga malam terakhir itu ada saat yang sangat mustajab untuk munajat dan memohon ampunan Allah.(22 Februari 2008)

Sumber :
Uti Konsen.U.M.
http://whandi.net/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=881
28 Mei 2009

Sumber Gambar:

Do'a Nabi SAW Ketika Sholat Tahajjud



كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَهَجَّدَ مِنْ اللَّيْلِ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw :


“Bahwa Nabi saw bila shalat Tahajjud dimalam hari berdoa : Wahai Allah, Bagi Mu Pujian, Engkaulah Cahaya segenap langit dan Bumi, Bagi Mu Pujian, Engkaulah Yang Menegakkan Langit dan Bumi, dan Bagi Mu Pujian, Engkaulah Yang Maha Mengasuh Segenap langit dan Bumi, dan yg diantara Segenap Langit dan Bumi, ..” (Shahih Bukhari)


Allah SWT Turun Di Sepertiga Malam Terakhir

Sabda Rasulullah saw :

“Tuhan kita Yang Maha Luhur dan Maha Agung turun setiap malam kepada langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, seraya menyeru : Adakah yang menyeru Ku maka Aku akan menjawab untuknya, adakah yang memohon pada Ku maka Aku akan memberinya, adakah yang beristighfar pada Ku maka akan Kuampuni untuknya” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Menguasai Cahaya Keindahan, Cahaya Kasih Sayang bagi segenap hamba Nya. Nurrahman (Cahaya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Disebut Cahaya karena selalu menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yang menuntun dan membimbing hamba hamba Nya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan yang kekal. Dialah Allah Swt, Cahaya Kasih Sayang terbesar dari semua yang memiliki sifat kasih sayang. Oleh sebab itu Sang Nabi saw selalu berdoa dengan mengakhiri doanya (Nabi Saw) Ya Arhamar Rohiimin (Wahai Yang Maha Berkasih Sayang melebihi semua yang mempunyai sifat kasih sayang) Dialah Allah Swt.

Hadirin hadirat, jika kau renungkan tiadalah satu ucapan huruf bisa kita sebutkan terkecuali itu datang dari kasih sayang Allah. Tiadalah kita bisa melihat, mendengar, bergerak dan hidup diatas bumi ini yang milik Allah terkecuali dari Kasih Sayang Illahi. Pengingkaran, kekufuran dan dosa dosa terus mengalir tetapi Dia (Allah Swt) Maha Bersabar siang dan malam.

Sebagaimana kita dengar munajat yang tadi dibaca dan dilantunkan dari Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad. Ya Illahi wa Maliki anta ta’lam kaifa haliy (Wahai penciptaku, yang memiliki diriku, Kau Maha Tahu akan keadaanku), Wa bima qad halla qalby min humumi wasytighaliy (dari apa yang mengguncang jiwaku dari kegundahan dan dari kealpaan dan dari hal hal yang lainnya, Kau Yang Maha Tahu Wahai Yang Memiliki diriku, Sang Pemilik dari setiap yang hidup, Dialah Allah Swt. Sang Penguasa bagi mereka yang ada di bentangan alam semesta adalah Allah Jalla wa Alla, Maha Sempurna dan Maha Abadi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Setiap gerak gerik kenikmatan yang kita lakukan sampai setiap nafas kita, inilah ciri Kasih Sayang Allah kepada kita yang tidak akan diberikan dan tidak mampu diberikan oleh makhluk satu sama lainnya terkecuali Allah Sang Maha Pencipta.
Hadirin hadirat, beruntung jiwa yang mengingat Allah, beruntung bibir yang menyebut Nama Allah, beruntung alam pemikiran yang memikirkan keagungan Ilahi.

Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi Saw bersabda menceritakan firman Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi tsulutsullailil akhir…” (Allah itu turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam terakhir).
Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab orang yang mengatakan bahwa Allah Swt itu ada di satu tempat atau ada di Arsy. Karena apa? kalau Allah itu sepertiga malam turun ke langit yang paling dekat dengan bumi, kita mengetahui bahwa sepertiga malam terakhir itu tidak pergi dari bumi tapi terus kearah Barat. Disini sebentar lagi masuk waktu sepertiga malam terakhir misalnya, Lalu sepertiga malam terakhir itu akan terus bergulir ke Barat, berarti Allah terus berada di langit yang paling dekat dengan bumi. Tentunya rancu pemahaman mereka.

Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih Sayang Allah. Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah laysa kamitslihi syai’un” (QS Assyura 11) (Allah tidak sama dengan segala sesuatu).

Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir maksudnya Allah membukakan kesempatan terbesar bagi hamba hamba Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih dinihari.., kalau malam dibagi 3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan bertahajjud.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan kekasihnya. Allah menanti para kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti hamba hamba yang merindukan Nya, yang mau memisahkan ranjangnya dan tidurnya demi sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbankan waktu istirahatnya beberapa menit untuk menjadikan bukti cinta dan rindunya kepada Allah.

Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi tadi) “Man yad u’niy fa astajibalahu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan menjawab seruannya). Apa maksudnya kalimat ini? maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah sangat….,. sangat… ingin mengabulkannya untukmu. “Man yasaluniy fa u’thiyahu” (barangsiapa diantara kalian adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaannya). Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah dijanjikan oleh Allah ijabah (terkabul). Kalau seandainya tidak dikabulkan oleh Allah berarti pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man yastaghfiruniy fa aghfira lahu” (dan siapa yang beristighfar mohon pengampunan pada Ku disaat itu, akan Kuampuni untuknya). Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat, disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam keadaan berdoa.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “manusia yang paling khusyu’ (Sayyidina Muhammad Saw) didalam tahajjudnya beliau berdoa “Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh, Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh, Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh””.

“Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah Cahaya langit dan bumi, yang Maha Menerangi langit dan bumi dengan kehidupan, kesempurnaan dan kemegahannya). Cahaya langit dan bumi, Dialah Allah. “Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah yang Membangun langit dan bumi). “Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh” (dan untuk Mu puji – pujian, Engkaulah yang Memelihara langit dan bumi). Jika kita dalami ini sangat indah makna kalimat ini “Memelihara langit dan bumi”. Setiap sel yang merangkai manusia, merangkai hewan, merangkai tumbuhan, merangkai bentuk seluruh sel itu mempunyai kehidupan dan membutuhkan nafkah,makanan dan minumannya dan oksigennya dan kehidupannya dan pengaturannya. Siapa yang memeliharanya? Allah Swt.

“Rabbussamawati wal ardh” (Yang Memelihara langit dan bumi) Yang Mengatur matahari terbit dan terbenam, Yang Mengatur turunnya hujan dan tidak ada manusia yang mampu mengurangi setetes air hujan yang akan turun ke permukaan bumi. Allah jadikan hujan itu rahmat turun di permukaan bumi, Allah jadikan penghapusan dosa bagi mereka yang terkena musibah sebab hujan, Allah jadikan juga hujan itu “sa’atulijabah” (waktu yang diijabah) sebagaimana sabda Sang Nabi saw “indahu…” (disaat turun hujan itu doa doa dikabulkan oleh Allah), maka berdoalah. Banyak turun hujan, banyak doa dikabulkan. Lalu bagaimana dengan datangnya musibah?, Belasan hadits riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa “seluruh musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapusan dosa baginya”. Jadi musibah itu penghapusan dosa tanpa istighfar.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,

Demikian indahnya Sang Nabi saw melewati malam malam dan tentunya bukan hanya beliau tapi diteruskan oleh umat tha’ifah ba’da thaifah, (kelompok demi kelompok), generasi demi generasi sampai kita mengingat bagaimana Al Imam Assajjad Ali Zainal Abidin Ibn Husein Ibn Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhum wa karamallahu wajhah. Ketika Al Imam Thawus datang ke Masjidil Haram di sepertiga malam terakhir, mau sholat di dekat Hijr Ismail, dilihat sudah ada orang sholat disitu. Siapa yang sholat tengah malam begini? ruku’, sujud, ruku’, sujud tidak habis habisnya. Ternyata setelah ia perhatikan Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Dikenal Assajjad karena ia sujud setiap malamnya sebanyak 1000X sujud, terkenal dengan sholat malam sebanyak 500 rakaat. Oleh sebab itu dikenal dengan “Assajjad” (orang yang banyak bersujud). Imam Thawus lihat terus Imam Ali Zainal Abidin. Selesai dari sholat sunnah yang demikian dahsyat dan hebatnya, ia bermunajat. Imam Thawus mendengar munajat yang lirih dari doa Al Imam Ali Zainal Abidin, ia tajamkan pendengarannya. Apa sih yang diucapkan imam ini? Imam Ali Zainal Abidin bermunajat “Abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik,” (hamba ini berada di hadapan Mu Wahai Allah, si miskin dihadapan Mu, si fakir berada di hadapan Mu, si pengemis berada di hadapan Mu). Mengemis kepada Allah, miskin di hadapan Allah, Maha Membutuhkan Anugerah dari Allah. Demikian indahnya doa Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Imam Thawus mendengar, ia terus mengulang ulang doa itu. Terus diulang oleh Imam Ali Zainal Abidin. Imam Thawus berkata “tidaklah aku setelah itu, mau berdoa dengan doa apa saja kalau diawali dengan doa Imam Ali Zainal Abidin pasti Allah kabulkan doaku”. Demikian indahnya doa dari jiwa yang suci.

Putra beliau Al Imam Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad ketika putranya yaitu Sayyidina Imam Ja’far AshShodiq semasa kecilnya mendengar Ayahnya kalau di sepertiga malam terakhir melakukan sholat yang sedemikian panjang dan lama. Imam Muhammad Al Baqir berdiri bagaikan patung lamanya tidak bergerak di dalam sholatnya, terus di dalam lantunan firman firman Allah dan di dalam tasbih, ruku’ dan sujud. Sedemikian lamanya sampai seakan akan patung karena lamanya tidak bergerak dari panjangnya menikmati bacaan sholat malamnya. Selesai sholat ia pun berdoa dengan doa yang dihafal oleh anaknya ini “Amartaniy falam a’tamir, wa nahaytaniy falam anzajir, haa ana abduka bayna yadayk, mudznibun mukhthi’un, falaa a’tadzir”. Alangkah indahnya doa ini. “Kau beri aku perintah wahai Allah tapi banyak yang tidak kulakukan”. Siapa yang bicara? Imam Muhammad Al Baqir (putra Imam Ali Zainal Abidin, putra Sayyidina Husein, putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra, cucunya Rasulullah Saw). Disebut Al Baqir karena ia orang yang sangat luas ilmunya. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah mengambil sanad dari Imam Muhammad Al Baqir. Demikian hadirin hadirat, ia berkata “banyak perintah yang Kau berikan padaku wahai Allah dan aku tidak melakukannya dan aku tidak taat. Banyak hal yang sudah Kau larang tapi masih juga ada yang kulanggar larangan Mu, inilah aku sekarang di hadapan Mu Wahai Allah, banyak dosa, banyak salah, dan aku mengaku banyak dosa dosa dan aku tidak mengelak dari dosa dosaku. Memang aku seorang pendosa”. Demikian hebatnya khusyu’ Al Imam Muhammad Al Baqir ibn Ali Zainal Abidin Ibn Husein radiyallahu anhum.

Putranya pun demikian Imam Ja’far Ashshodiq alaiha rahmatullah, beliau itu kalau sudah berdoa tidak mau putus dari munajatnya sampai nafasnya sendiri yang kehabisan nafas. Beliau pun juga memanggil Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..sampai habis nafasnya baru berhenti. Lalu diganti Nama Allah dengan yang lainnya Ya Rahman..Ya Rahman..demikian malam malam mereka.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kenapa mereka terus bertahan menikmati saat saat itu karena mereka merasakan kenikmatan besar. Karena Allah memberi keledzatan bagi mereka yang mau menjumpai Kasih Sayang Allah disaat itu.
Hadirin hadirat, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Ana ‘inda dhonni ‘abdihii” (Aku bersama persangkaan hamba Ku). Maksudnya apa? jika hamba Ku ingin dekat pada Ku, Aku lebih ingin dekat padanya, jika hamba Ku ingin pengampunan Ku maka Aku lebih ingin melimpahkan pengampunan untuknya. “Wa ana ma’ahu idza dzakaranii” (Aku bersama hamba Ku jika hamba Ku mengingat Ku, kata Allah). Demikian dekatnya Rabbul Alamin kepada hamba hamba Nya yang mungkin banyak berbuat dosa, memang Dialah (Allah Swt) Yang Maha Dekat dari semua yang dekat.

Tadi kita dengar munajat Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad seraya berkata “Ya Qariban ya mujiban ya a’liman ya sami’an” (Wahai Yang Maha Dekat, Wahai Yang Maha Menjawab, Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar). Allah Swt menjawab bukan dengan suara tapi menjawab dengan takdir Nya yang indah. Seseorang bermunajat dan berdoa kepada Allah, tidak mendengar jawaban Allah. Tentunya jawaban Allah lebih agung dari sekedar suara. Jawaban dari Allah bagi mereka yang berdoa adalah rahmat Nya yang jauh lebih luhur daripada sekedar suara.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, “Ya ‘aliiman ya samii’an” (Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar).

Kembali ke hadits qudsi tadi “ketika hamba Ku mengingat Ku didalam dirinya maka Aku mengingat hamba Ku didalam diri Ku, ketika hamba Ku mengingat Ku di tempat yang ramai, Aku mengingat hamba Ku dihadapan para malaikatul muqorrobin”. “wa in taqarraba ilayya bi syibrin taqarrabtu ilaihi dzira’aa” (ketika hamba Ku mendekat pada Ku satu jengkal, Aku dekat padanya satu hasta), “wa in taqarraba ilayya dziraa’an taqarrabtu ilaihi baa’aa” (jika hamba Ku mendekat pada Ku satu hasta, Aku mendekat padanya satu depa), “wa in ataani yamsyii ataytuhu harwalah” (jika ia datang dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas, kata Allah). Apa maksudnya? kembali seperti yang tadi, bukan Allah itu berjalan mendekat dan lain sebagainya. Maksudnya setiap keinginanmu yang ingin dekat dengan Allah, Allah menjawabnya lebih dekat dari apa yang kau inginkan. Ketika kau mencintai dan merindukan Allah, Allah lebih mencintai dan merindukanmu. Jika ia datang pada Ku dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas. Apa maknanya? Jika kau ingin dekat dengan Allah, ingin dicintai Allah, ingin rindu kepada Allah, Allah menjawabnya dengan bersemangat dan lebih dari keinginanmu. Demikianlah Yang Maha Indah yang selalu indah hamba hamba Nya yang memahami keindahan Ilahi dengan keindahan dunia dan akhirat.

Seraya berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Aku siapkan untuk hamba hamba Ku yang shalih apa apa yang belum pernah dilihat mata, apa yang belum pernah didengar telinga dan apa yang belum pernah terlintas didalam benak semua alam pemikiran”. Apa maksudnya Allah menyampaikan ini? Maksudnya Allah mengundang kita untuk masuk ke dalam kelompok shalihin. Ini disiapkan untuk hamba Ku yang shalih. Allah sebutkan demikian agar bangkit keinginan hamba Nya untuk ingin bersama orang orang yang shalih pun jika kita tidak mampu mencapai derajat para shalihin paling tidak selalu mencintai para shalihin dan beruntunglah mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad Saw wa barak ‘alaih.

Orang yang paling mencintai Allah, Nabiyyuna Muhammad Saw. Rahmatan Lil Alamin, Muhammad Rasulullah. Orang yang paling tidak tega melihat umatnya padahal beliau paling benci dengan dosa. Kalau diseluruh dunia ini manusia benci dengan dosa, yang paling benci dengan dosa adalah Nabi Muhammad Saw. Paling benci dengan maksiat tapi beliau juga yang paling perduli kepada para pendosa. Tidak ada yang lebih perduli terhadap para pendosa dari manusia melebihi Nabiyyuna Muhammad Saw.
Ketika umatnya berdatangan dan mereka dihalau dari Sang Nabi Saw, seraya berkata “kenapa mereka dihalau?”, “ya Rasulullah mereka berubah, berbuat dosa setelah kau wafat”. Maka Rasul saw berkata “biarkan mereka pergi.., kemanapun mereka mau pergi, silahkan!! Celaka orang yang berubah setelah aku wafat”.

Maka umatnya mencari syafa’at kepada Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan semua Nabi menolak. Kembali lagi kepada Nabi Muhammad saw dan beliau tidak tega. Tadi beliau sudah mengusir tapi ketika mereka kembali karena tertolak oleh semua orang, muncul sifat tidak tega beliau. Beliau berkata Ana Lahaa (akulah yg akan membantu masalah kalian) ini para pendosa, tidak ada lagi yang mau membela di hadapan Allah, tidak ayahnya, tidak ibunya, tidak kekasihnya, tidak keluarganya”. Siapa berani membela pendosa? bayarannya adalah api neraka. Maka Beliau saw pun datang Kehadirat Allah dan bersujud “wahai Allah umatku..umatku..”, Allah berikan syafa’at bagimu wahai Muhammad, beri syafa’at orang yang akan kau beri syafa’at.

(…………………hb munzir terdiam sesaat dan mengalirkan airmata dan kehilangan kata kata………)

Hadirin hadirat saya tidak perlu berpanjang lebar atas kasih sayang Nabi Muhammad Saw terhadap kita. Renungkan betapa indahnya idola kita, budi pekertinya dan beliau itu ciptaan Allah yang terindah.

Kita bermunajat kepada Allah Swt Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan cahaya kebahagiaan dan cahaya khusyu’, Rabbiy terangi jiwa kami dengan cahaya Nama Mu Yang Maha Luhur, pastikan semua wajah kami yang hadir akan melihat keindahan Dzat Mu di yaumal qiyamah, pastikan seluruh wajah kami yang hadir tidak akan melihat api neraka selama lamanya, pastikan kami semua yang hadir dalam husnul khatimah, pastikan semua yang hadir Kau limpahkan kesuksesan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Wahai Yang Maha Membagi bagikan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, limpahkan atas semua kami yang hadir kebahagiaan yang milik Mu tanpa batas dunia dan akhirat.

Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram tidak lupa kami berdoa agar Kau hentikan dan Kau cukupkan musibah yang terus turun daripada hujan yang terus mendera muslimin. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram kami mengadukan keadaan kami Wahai Yang Memiliki Kami, Wahai Yang Memiliki Bumi dan Langit, Wahai Yang Memiliki panca indera kami, Wahai Yang Mengetahui dimana kami akan pulang dan kami akan berpisah selain Mu, berpisah dengan semua kekasih, berpisah dengan semua teman, berpisah dengan semua harta dan jabatan. Tinggallah Engkau Yang Maha Tunggal.

Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sumber :

majelisrasulullah.org dalam :

http://hotarticle.org/allah-swt-turun-di-sepertiga-malam-terakhir/

28 Mei 2009

Lirik Nasyid : Sepertiga Malam

Sepertiga Malam
Album : Iman
Munsyid : Wirdani
http://liriknasyid.com


Ketika angin malam menderu
Sejuk dingin mata terpejam
Sunyi sepi kian terasa
Saat indah untuk terlena

Namun ada pada waktu itu
Hambamu bangkit dari tidurnya
Meminta dengan sepenuh hati
Berdoa memuji padamu yang Esa

Berdoalah sepertiga malam
Pada Allah Maha Kuasa
Dengan penuh rasa bersalah
Agar diampun segala dosa
Sesungguhnya pada waktu itu
Langit terbuka...(Langit terbuka)
Berselawatlah keatas nabi
Muhammad kekasihnya...(Muhammad kekasihnya)

Berdoalah sepertiga malam
Pada Allah maha kuasa
Memohon tak dibutakan mata
Dari membeza dosa pahala
Diangkat iman dan kesabaran
Dan keyakinan...(Dan keyakinan)
Bersyukur dan memuji namanya
Ada nikmat akan tiba...(Ada nikmat akan tiba)

Sumber :
28 Mei 2009

Menghitung Tengah Malam dan Sepertiga Malam yang Akhir

Pendahuluan:

Kita, dalam kehidupan sehari-hari sering mendengar istilah “Tengah Malam”. Di dalam Islam kita mengenal istilah “Sepertiga-Malam-Terakhir”. Istilah ini berhubungan dengan ibadah sholat qiyamul lail atau sholat tahajjud, yang disyariatkan. Nah, pada pukul berapakah tepatnya istilah-istilah tersebut berada? Apakah istilah pertengahan malam, bila ditinjau dari syariat Islam, ditunjukkan dengan angka 12 di jam kita? Kalau tidak, bagaimana pula cara menentukannya? Barangkali juga muncul pertanyaan, apakah waktu sepertiga-malam-terakhir itu ajeg setiap harinya, ataukah berubah-ubah, atau bagaimana? Penjelasan di bawah ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Insya Alloh mudah dan sederhana.

Bagaimana kita menentukan pertengahan malam:

Pertama-tama, kita tentukan dulu waktu tenggelamnya matahari dan waktu terbit fajar.

Kemudian kita hitung jarak waktu antara keduanya.

Kemudian hasilnya kita bagi dua .

Lalu hasil pembagian tersebut kita tambahkan waktu tenggelamnya matahari.

Maka hasil dari penambahan tersebut adalah waktu pertengahan malam.

Secara matematis digambarkan berikut ini.

Waktu Tengah Malam

Waktu Tenggelam Matahari + [ (Waktu Terbit Fajar – Waktu Tenggelam Matahari) / 2 ]

Misalnya, jika waktu tenggelamnya matahari adalah pukul 18.00 dan waktu terbit fajar esok hari adalah pukul 05.00, maka jarak waktu antara keduanya setelah kita hitung adalah 11 jam. Waktu 11 jam ini kita bagi menjadi dua, maka hasilnya adalah5 jam 30 menit. Kemudian hasil pembagian tersebut kita tambahkan kepada waktu matahari tenggelam, maka 18.00 + 5.30 = 23.30, maka jadilah waktu pertengahan malam adalah 23.30 (pukul setengah 12 malam, -zuh).

Bagaimana kita menentukan sepertiga malam yang akhir:

Kita cari dulu selisih perbedaan waktu antara waktu matahari tenggelam dengan waktu fajar terbit sebagaimana di atas. Lalu hasilnya kita bagi tiga.

Jadi, pukul 18.00 + (11 jam / 3) = 18.00 + 3 jam 40 menit = pukul 01.20.

Maka permulaan sepertiga malam yang akhir adalah pada pukul 01.20 pagi (dini hari).

Waktu ini tidaklah tetap, akan tetapi akan berubah-ubah dari satu musim ke musim yang lain, tergantung waktu terbit fajar dan tenggelamnya matahari.

Keutamaan sholat pada sepertiga malam yang akhir.

Dari Abu Huroiroh, bahwa Rosululloh sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Robb kami tabarroka wa ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia (terendah), yaitu saat tertinggal sepertiga malam yang akhir. Dia berfirman: “Siapa yang berdo’a kepadaKu akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepadaKu akan Kupenuhi, dan siapa yang meminta ampun kepada Ku akan Kuampuni.” (HR. Bukhori Muslim)

Sumber :

Majalah Qiblati edisi 04 tahun III 01-2008/12-1428 dengan pengeditan seperlunya. Dalam :

http://zuhud.wordpress.com/2008/03/25/menghitung-tengah-malam-dan-sepertiga-malam-yang-akhir/

28 Mei 2009

Bangun Malam

Dalam Wasiat-wasiat, Al-Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi menasihati kita. Bunyinya, ketika turun ke langit dunia pada sepertiga terakhir malam, Allah swt berkata, ''Sungguh berdusta orang yang mengatakan mencintai-Ku, sementara ia tidur dan lalai kepada-Ku. Bukankah setiap kekasih ingin berkhalwah dengan kekasihnya? Akulah yang mendatangi kekasih-Ku. Mereka membayangkan-Ku di kelopak mata mereka. Mereka berbicara kepada-Ku dalam musyahadah, dan bercakap-cakap dengan-Ku dengan khusuk. Di hari kemudian, Aku tatapkan mata mereka pada surga-surga-Ku.''

Nasihat Sufi Andalusia, yang dijuluki Muhyiddin, ini mengisyaratkan agar kita bangun malam, dan memanfaatkan sebagian malam itu untuk beribadah kepada Allah. Nabi Muhammad saw bersabda, ''Hendaklah kalian menunaikan bangun malam, karena bangun malam adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, yang bisa mendekatkan kalian kepada Tuhan, pelebur kesalahan, penghalang dari dosa, dan pengikis penyakit dari tubuh.'' (Imam Ahmad dan Tirmidzi). Dalam Islam, istilah bangun malam disebut qiyaam al-layl.

Rasulullah juga berkata, ''Allah menyayangi seorang lelaki yang bangun malam untuk salat, lalu membangunkan istrinya, dan istrinya pun ikut mendirikan salat. Bila istrinya enggan, ia memerciki air ke mukanya. Dan, Allah menyayangi seorang perempuan yang bangun malam untuk salat, lalu membangunkan suaminya, dan suaminya pun melaksanakan salat. Jika suaminya menolak, ia menciprati air ke wajahnya.'' (Imam Daud dan Ibnu Majah). Suami-istri itu, kata Nabi dalam hadis yang dirawikan oleh Abu Daud dan An-Nasa'i, ditulis sebagai lelaki dan perempuan yang berdzikir kepada Allah.

Lebih jelas, Allah menegaskan pentingnya bangun malam (QS 73: 1-9). HM Thaba'thaba'i, dalam tafsir Al-Miizaan, menjelaskan bahwa yang dimaksud ayat itu (qiyaam al-layl) adalah salat pada malam hari. Nabi berkata, ''Salat yang terbaik setelah salat fardu adalah (salat) bangun malam.'' (Muslim).

Menurut Muhammad Abdullah Al-Khatib, dalam Qiyaam al-Layl: Penyegar Jiwa, kita bisa memetik pelajaran dari ayat-ayat itu. Yaitu, agar kita selalu bangun malam (salat), seperti Allah perintahkan kepada Nabi-Nya. Sebagian malam yang kita gunakan beribadah kepada Allah akan mendatangkan pahala besar. Kita juga dituntut untuk membaca Alquran dengan tartil. Yaitu, membaca Alquran secara pelan dan merenungkan makna dan kandungannya secara mendalam.

Bangun malam, kata Al-Khatib, merupakan salah satu standar untuk mengukur cita-cita yang benar dan lurus, dan sebagai tanda dari jiwa yang besar. Biasanya, bangun malam sangat berat dilakukan ketimbang bangun pada saat lain. Bila kita sering bangun malam, maka kita akan terbiasa taat beribadah kepada Allah, dan kita mampu membiasakan diri menanamkan keimanan dalam hati dan di relung jiwa. Bangun malam untuk mengingat Allah dapat menciptakan pribadi muslim yang tepercaya dan mewujudkan masyarakat yang disirami hidayah. - ahi (19 Maret 2009)

Sumber :
28 Mei 2009